Andi Ghania Azkhadina

Setelah 4 tahun menanti hadirnya buah hati sekaligus adik untuk Ghazi, akhirnya yg di nantikan pun tiba, 2 garis di tespek betul2 membuat diriq berbunga2 dan bersemangat menantikan hadirnya anggota baru ditengah2 kami

Hari2 selanjutnya, sebagaimana bumil yg lainnya, pagiq dimulai dengan morning sickness yg menandakan the baby is okay inside there, so yes.... I realy enjoyed that moment.
Cek up rutin pun aq jalani tiap bulannya, aq mempercayakan Dr.Triskawati Indang Dewi sebagai dokter kandunganq di RS.Hermina Bekasi

Everything was normal at first.
We were going to have a baby girl...😍😍😍

Sampai di bulan ke-6 dokter Indang mendapati jumlah ketubanq sedikit, dokter pun menyarankan untuk minum banyak air putih dan memberi obat pengencer darah. Tapi ketuban tak kunjung bertambah

Masuk minggu ke-35 saat kontrol, ternyata ketuban sudah terlalu sedikit, hanya 3.9cm yg nampak di USG, karena itu akhirnya dr.Indang memutuskan untuk melakukan SC malam itu juga. Takut, khawatir tp juga excited karena akan segera bertemu si baby girl

Malam caesar pun sempat berujung drama, dokter menjadwalkan operasi harus dilakukan pukul 22.00 malam itu, tapi tidak bisa dilakukan tepat waktu karena Ghazi yg saat itu sangat tidak mau pisah dengan Mamanya, akhirnya operasi mundur ke jam 23.30 karena mau tidak mau harus menidurkan ghazi terlebih dahulu

Akhirnya, tanggal 2 Agustus 2017, sekitar pukul 00.10 dini hari baby girl pun lahir, suara tangisnya sempat membuatku tersenyum yg saat itu masih sementara proses penyelesaian SC. Namun tak lama setelah itu, tangisnya mulai tak terdengar. Selang beberapa lama kemudian, seorang tim dokter mendekatiq dan berbisik di telingaq, memberitahukan bahwa anakq agak kesulitan bernapas yg akhirnya mengharuskan dia untuk di rawat intensif di ruang NICU. Pikiranq mulai bertanya2, is she okay...??

Andi Ghania Azkhadina

Itulah nama yg kami berikan padanya dengan harapan ia akan menjadi gadis cantik yang senantiasa taat pada agamanya

Hari ke-2 pasca sc, saat tubuhq mulai kuat berdiri, aq paksakan diri untuk melihat kondisi putriq Ghania di ruang NICU, di sana Ghania dirawat oleh dr.Idham Amir, dokter anak sub spesialis perina. Mendapatinya penuh dengan selang dari ventilator dan selang2 lain di tubuhnya, hati ini mulai menangis, Ya Allah.... Selamatkan putriq...

Persistent Pulmonary Hypertension of the Newborn/PPHN adalah diagnosa awal yg diderita Ghania. Tekanan di parunya terlalu tinggi sehingga udara tidak bisa masuk kedalamnya. Penggunaan ventilator bertekanan tinggi pun harus digunakan ke Ghania, hal itu jg yg sempat membuat kami khawatir krn RS.Hermina Bekasi belum memiliki alat yg dimaksud. Untungnya saat itu masih bisa diusahakan menyewa alat di tempat lain. Tidak berakhir di situ, setelah beberapa hari, alat yg disewa sempat mengalami trouble, tekanannya tiba2 hilang yang membuat dokter jaga panik dan segera menggantinya dengan ventilator konvensional yg bertekanan rendah. Saat itu dokter sempat menyarankan untuk merujuk Ghania ke rumah sakit lain yg mempunyai ventilator bertekanan tinggi. Syukurnya, hal itu tdk sampai terjadi, karena ternyata Ghania sudah mulai bisa menyesuaikan dengan ventilator konvensional.

Semakin hari, kondisinya pun mengalami banyak perbaikan. Pagi itu kami menerima telpon dari RS untuk membawakan ASI untuk Ghania, seketika itu juga aq merasa sangat senang. Persediaan ASI memang mulai menumpuk di kulkas karena saat itu kondisi Ghania belum memungkinkan untuk minum ASI.

2 kali pemberian ASI tidak nampak masalah pada Ghania, hingga pemberian yg ketiga kalinya, Ghania muntah, hal itu jg yg membuat dr.Idham memutuskan untuk melakukan cek darah. Hasil cek darah menunjukkan bahwa kondisi Ghania kembali mengalami perburukan. Ghania didiagnosa Sepsis, yaitu kondisi dimana infeksi pada darahnya sudah menyebar keseluruh tubuh. Pendarahan pun terjadi di paru2 dan lambungnya yang membuat Ghania harus kembali berpuasa.

Tak kunjung membaik, dr.Idham pun kembali melakukan pemeriksaan pada Ghania. Satu lagi kenyataan pahit yg harus kami terima, Ghania didiagnosa mengalami PDA (Patent Ductus Arteriosus), saluran pada jantung yg normalnya tertutup max 2x24 jam setelah lahir, namun pada Ghania saluran itu masih terbuka. Dampaknya, darah yg seharusnya mengalir ke seluruh tubuh kembali masuk ke paru2 melalui saluran itu. Pemberian obat untuk menutup saluran di jantungnya secara alami tidak berujung sebagaimana yg diharapkan, sehingga satu2nya opsi untuk menutupnya adalah melalui jalan operasi. Saat itu, opsi itu adalah pilihan terbaik diantara pilihan2 terburuk yang ada. Komplikasi yg diderita Ghania bagaikan lingkaran yang saling berhubungan dan saling memberi dampak satu sama lain, hingga akhirnya kami pun setuju untuk dilakukan tindakan ligasi PDA.

Sabtu, 26 Agustus 2017, Ghania pun kembali harus berjuang untuk tindakan operasi ligasi PDA. Tim operasi didatangkan khusus dari RSCM. Setelah 1 setengah jam berlalu, operasi Ghania alhamdulillah berjalan lancar, 2 hari pasca operasi pun kondisinya kembali stabil yang membuat kami kembali berharap. Di hari ketiga, tepatnya tanggal 29 Agustus, kami kembali mendapat telpon dari pihak RS, mengabarkan bahwa Ghania kembali mengalami pendarahan di perut bawah kanannya. Saat dr.Idham visit, beliau menjelaskan bahwa kondisi Ghania saat itu hanya tinggal mengharapkan mukjizat untuk kesembuhannya. Pendarahan yg terjadi adalah indikasi faktor pembekuan darah Ghania yg tidak mengalami perbaikan, hal ini disebabkan karena kuman penyebab Sepsis nya juga sudah menyerang organ hati. Trombosit Ghania juga semakin lama makin menurun. Saat itu juga hati ini mulai berkecamuk, seolah tidak ingin berhenti berharap, diriq tetap ingin dr.Idham dan tim nya mengusahakan yang terbaik untuk Ghania, dokter pun meng-iyakan dan kamipun kembali ke rumah.

Pukul 03.30 dini hari tanggal 30 Agustus 2017, kami kembali mendapat telpon dari rumah sakit.Suster jaga saat itu, suster lilis, meminta kami untuk segera datang ke RS karena kondisi Ghania yg semakin menurun. Segera kami pun bersiap menuju rumah sakit. Tidak ada suara apapun selama perjalanan kami ke rumah sakit. Diriq yg saat itu masih belum mau berhenti berharap terus berdoa untuk keselamatan putri keduaq.
Saat memasuki ruang NICU, tangisanq sudah tertahan di tenggorokan. Kamipun bertemu dokter jaga dan menjelaskan bahwa kondisi Ghania kritis dan semakin menurun. Saat itulah tangisq pecah. Melihat nafas Ghania di layar monitor yg semakin lama semakin menghilang membuat tangisq tidak bisa terbendung lagi. Haruskah kau pergi secepat ini nak?? Belum juga sembuh luka operasi mama, blum sempat mama merawatmu, memberimu ASI langsung, semua harapan2q mulai sirna satu per satu sambil mengusap kepala mungil Ghania. Pendarahan pun kembali terjadi di paru2, lambung dan juga rongga mulutnya. Melihatnya kesakitan, kamipun bergantian berbisik di telinga Ghania,
"Nak...kalau masih bisa sembuh, sembuhlah segera nak, tapi kalau memang adek sudah tidak kuat jangan dipaksa ya nak... InsyaAllah mama sudah ikhlas, maafkan mama ya nak.... Maafkan mama..."

Hingga akhirnya pukul 11.58 putri tercinta kami, Andi Ghania Azkhadina, menghembuskan nafas terakhirnya. Seolah air mata ini sudah mengering, kami hanya bisa terdiam melihat satu persatu alat yg melekat padanya mulai dilepas. Perlahan tubuhnya yg mulai membiru lebam akibat pendarahan mulai ditutupi oleh sarung. Saat itulah menjadi moment pertama dan terakhirq untuk menggendongnya, melihat matanya yg tidak tertutup sempurna sambil memperlihatkan linangan air matanya seolah ingin memberitahu rasa sakit yg dia alami, saat itu tangisq kembali pecah...
Tidak kusangka kau harus pergi secepat ini nak, di usiamu yang baru 28 hari.
Kini kau sudah tenang di sana, tidak lagi merasa sakit, kembali padaNya yang telah mengizinkanmu hadir di kehidupan Mama walaupun hanya sebentar. Allah jauh lebih sayang padamu nak, dan insyaAllah, Allah juga lah yang nantinya akan mempersatukan kita kembali di jannahNya, Aamiin....Allahumma Aamiin...

Innalillahi wa innailaihi rooji'un

Komentar

Postingan Populer